Liberature Review Jurnal
Desain komunikasi visual merupakan pemahaman tentang elemen visual yang
bertujuan menyampaikan pesan kepada khalayak menggunakan media tulis, gambar, film
dan media lainnya. Konsep memperlajari desain komunikasi visual untuk ungkapan
yang kreatif menggunakan elemen desain grafis seperti huruf, warna, gambar dan
layout.
Tujuan memahami desain komunikasi visual sebagai sarana untuk identifikasi,
ketika suatu barang atau produk telah memiliki identitas, maka sebagai konsumen
akan mudah mengenali produk tersebut. Kemudian sebagai sarana untuk intruksi
dan informasi, ketika simbol ditempat umum atau tempat yang membutuhkan
informasi maka memberikan informasi yang mudah dipahami. Sebagai sarana promosi
dan presentasi, dengan mendesain sebuah poster yang menggunkan elemen grafis,
ilustrasi serta tulisan sehingga mampu mendapatkan banyak antesi dari khalayak.
Proses kreatif berbagai unsur seperti seni musik, seni rupa, seni suara dan
teater termasuk sebagai karya seni film. Film memiliki visual yang dalam karena
gabungan dari banyak karya seni visual. Film selain sebagai alat untuk
mencurahkan ekspresi bagi penciptanaya juga sebagai alat komunikator yang efektif.
TOPIK 1: Poster
Literature
Review Jurnal 1
Penulis jurnal: Arsa
Widitriarsa Utoyo
Judul
jurnal: Analisis komunikasi visual pada poster sebagai media
komunikasi mendorong jarak sosial di jakarta saat epidemi covid 19
Halaman jurnal: 1-8
Teori
Poster
sebagai format dua dimensi, halaman tunggal untuk menginformasikan informasi
tmapilan, data, jadwal atau penawaran dan untuk pewarnaan serta untuk
menyakinkan orang, penyebab, tempat, acara, produk, perusahan, layanan,
kelompok atau organisasi. Diproduksi secara masif dan dapat dilihat dengan
mudah diberbagai media. Poster harus dirancang untuk menarik perhatian dan
berinteraksi informasi secara efektif. Secara manipulative, poster dan mata
efektif untuk seni dan perancangan yang cermat terjadi. Enam prinsip desain
harus diterapkan dalam desain poster seperti font, warna, judul, ukuran dan
ruang kosong, ukuran poster dan grafik. Melihatkan penggunaan font harap
hindari menggunakan font skrip mewah karena mereka dapat membuat poster sulit
dibaca (Girard ,2012).
Dengan
mendesain poster, situs web atau tulisan sebuah artikel, masyarakat akan lebih
menyukai jika menggunakan font sesuai yang dapat dibaca dan menarik(W. Author
Brant 2015) .
Enam
prinsip desain harus ada didalam mendesain poster, yaitu font,warna, judul,
pengukuran dan ruang kosong, ukuran poster dan grafik (DeBara 2018). Melihat ke
penggunaan font harap hindari menggunakan font skrip mewah karena mereka dapat
membuat poster sulit dibaca. Warna harus cerahsaat membuat tanda menurut pusat
ilmu gambar Chester F. Carlson.
Metode
Metode membaca poster
adalah salah satu bagian dari strategi pembelajaran aktif atau active learning.
Metode ini sering disebut sebagai metode mengomentari gambar, yakni suatu
strategi yang digunakan pendidikan dengan maksud mengajak peserta didik untuk
memunculkan ide apa saja yang terkandung dalam suatu gambar dan harus berkaitan
dengan pencapaian suatu gambar. Kompentensi dalam pembelajaran bertujuan untuk
menstimulasi dan meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa
terhadap suatu permasalahan (Suryani 2014).
Menurut data yang ditayangkan pada halaman web
https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/. Penelitian ini dilakukan
melalui 72 desain poster wilayah dengan jumlah kasus covid 19 yang tinggi
seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah dikumpulkan dan
dianalisis. Objek dalam penelitian adalah poster edukasi mengenai pencegahan
covid 19 secara dibuat oleh Kementerian Kesehatan dan disebarkan secara luas
diberbagai media di Indonesia dalam melakukan strategis komunikasi kampanye
regulasi ini mendapatakan tanggapan yang beragam dari Masyarakat.
Cara pengumpulan data dalam
melaksanakan penelitian adalah :
1. Observasi dilakukan melalui
pengamatan lapangan peran pemerintahan dan tim terkait lainnya dalam
mensosialisasikan atau upaya persuasi kepada masyarakat terhadap kampanye
bahaya covid 19 tersebut.
2. Wawancara mendalam dilakukan
dengan bertanya secara langsung kepada informan pemerintahan dan stakeholder
terkait dengan menggunakan pertanyaan terbuka sehingga mendapatkan penjelasan
dan keterangan yang sebenarnya.
3. Dokumentasi mengumpulkan
dokumen-dokumen tentang perencanaan program, langkah-langkah pelaksanaan, serta
catatan kegiatan lainnya yang dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait
sosialisasi mengenai covid 19.
Teknik analisa data digunakan penelitian dalam
penelitian adalah analisis kualitatif, penelitian lebih pada analisis individu,
serta analisis kemampuan pemerintahan untuk melakukan upaya persuasi kepada
masyarakat mengenai covid 19 sehingga sosialisasi dapat dipahami dan dimengerti.
Hasil penelitian
Pada tiga set analisi elemen desain poster lokal dan nasional sebagai
digambarkan pada gambar 1, 90% dari poster local menggunakan warna biru dan
putih sehingga terlihat mudah dibaca dna dimengerti. Hal ini didasarkan kepada
pernyataan perancang perspektif dari situs web tips desain poster, bahwa dengan
menambahkan latar belakang warna terang ke angka-angka dapat membuat poster
menjadi menarik. Misalnya, menggunakan huruf putih dan garis-garis pada latar
belakang biru menjadikan poster menarik sebagai konsistensi warna. Seperti
lukisan, elemen poster juga bisa melipat gandakan simpulan secara fisik atau
digital dengan menambahkan kontras pada poster. Poster desain
lokal dan nasional menggunakan jenis huruf font San Serif. Jika
dibandingkan dengan desain poster nasional, 83% dari gambar 5 menggunakan ruang
latar belakang dan poster yang lebih menarik. Desain poster local 100%
menggunakan ukuran A1 (59cm x 84cm), sedangkan pada poster nasional hanya 20%.
Terakhir, desain poster nasional lebih fokus pada bantuan visual vector dengan
perbandingan 77% desain poster nasional dan 67% desain poster local.
TOPIK 2: Poster
Literature
Review Jurnal 2
Penulis jurnal: Azka
Fu`Ad Alhamdi
Judul jurnal: Pengaruh
Poster Terhadap Minat Menonton Film Dilayanan Video On Demand
Halaman jurnal: 1-65
Teori: Teori
ini memiliki asumsi dasar bahwa khalayak secara aktif terlibat dalam proses
penerimaan informasi dengan cara mengevaluasi informasi yang diterima
berdasarkan pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya
mengarah pada perubahan sikap (Winiratih, 2016:16)
Teori ini mengasumsikan bahwa ketika informasi
atau iklan mengubah tingkah laku konsumen secara kuat, hal ini disebabkan
konsumen mempelajari isi pesan yang dilihatnya yang kemudian akan mengarah ke
perubahan tingkah laku terhadap suatu merek, dalam konteks penelitian ini
adalah suatu film. Oleh karena itu pemasaran film perlu mendesain sedemikian
rupa pesannya secara tepat, agar konsumen dapat memperlajari isi pesanya secara
maksimal.
Metode
Sumber data Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif untuk mengelola data-data yang akan didapat dengan
meneliti pada populasi atau sample, cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada respondennya untuk dijawab (Sugiyono, 2011:29). Uji
validitas menujukan sejauh mana alat mengukur apa yang ingin diukur
(Singarimbun & Effendi 2011:22). reliabilitas adalah indeks yang menujukan
sejauh mana alat pengukur dapat di percaya atau dapat diandalkan (Singarimbun
& Effendi 2011:29). Uji regresi sederhana di gunakan untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh hubungan antara dua variable yaitu variable bebas maupun variable
terkait (2011:188).
Hasil penelitian
Poster film sebagai
bentuk informasi atau iklan berhasil mempengaruhi minat menonton sebagai sikap
konsumen dalam menanggapi informasi atau iklan dalam bentuk poster. Dalam teori
Cognitive response yang memperhatikan tentang proses informasi atau iklan dapat
mengubah tingkah laku konsumen. Dalam teori ini respons kognitif ditunjukan
salah satunya dengan ad ececution thougts yang merupakan respons penerima pesan
terhadap eksekusi iklan atau informasi. Konsumen akan menilai berbagai faktor dalam eksekusi informasi atau iklan,
berdasarkan kesukaan atau ketidaksukaan mereka. Kualitas eksekusi poster film
dinilai melalui indikator-indikator pada variable bebas, kemudian proses penilaian
eksekusi dari informasi yang berupa poster, menghasilkan minat menonton pada
konsumen di layanan video on demand dengan indikasi minat eksploratif, prefrensial
dan minat transaksional.
TOPIK 3: Film
Literature
Review Jurnal 3
Penulis jurnal: Yoyom
Mudjiono
Judul jurnal: Kajian
Semiotika Film
Halaman jurnal: 1-14
Teori
Istilah semiotika dalam
sejarah linguistik ada pula digunakan
istilah lain seperti
semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang
studi yang mempelajari makna
atau arti dari sauatu tanda atau lambang.
Menurut
Segers dalam (Sobur: 2003). Dalam definisi Saussure (Sobur: 2003), semiologi
merupakan “sebuah yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan
dengan demikian menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah
untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang
mengaturnya. Sementara istilah semiotika, yang dimunculkan pada akhir abad 19
oleh filsuf aliran pragmatik Amerika Charles Sander Peirce, merujuk kepada “doktrin
formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar semiotika adalah konsep tentang
tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda,
melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya
terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa
menjalin hubungannya dengan realitas.
Teori Saussure adalah prinsip
yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah
sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas
dua bagian, yakni signifier
(penanda) dan signified (petanda). Menurut
Saussure, bahasa merupakan suatu
sistem tanda, dan setiap tanda kebahasaan,
menurutnya pada dasarnya
menyatakan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound
image), bukan
menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah
kata
yang diucapkan merupakan penanda (signifer),
sedang konsepnya adalah
petanda (signified)14. Dua unsur tersebut
tidak dapat dipisahkan sama sekali.
Jika hal itu terjadi maka akan
menghancurkan kata itu sendiri.
Metode
Untuk sekedar memperlihatkan variasi film yang diproduksi, maka jenis-jenis
film dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Teatrical Film (Film teaterikal)`Film teaterikal atau disebut juga film
cerita, merupakan ungkapan cerita yang dimainkan oleh manusia dengan unsur
dramatis dan memiliki unsur yang kuat terhadap emosi penonton.Dapat dilihat
dalam film yang mengeksploitasi peperangan atau pertarungan fisik,semacam film
perang, silat, koboi, kepolisian, gengster dan semacamnya.Ketiga, film komedi,
film yang mengekspliotasi situasi yang dapat menimbulkan kelucuan pada
penonton.Tidak setiap film dengan musik dapat digolongkan sebagai film musik.Yang
dimaksud disini adalah film yang bersifat musikal, yang dicirikan oleh musik
yang menjadi bagian internal cerita, bukan sekedar selingan.
2. Film Non-teaterikal
(Non-teatrical film) Secara sederhana, film jenis ini merupakan film yang
diproduksi dengan memanfaatkan realitas asli, dan tidak bersifat fiktif. Film-film
jenis ini lebih cenderung untuk menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan
informasi (penerangan) maupun pendidikan.Film non-teaterikal dibagi dalam:
Pertama, film dokumenter, adalah istilah yang dipakai secara luas untuk memberi
nama film yang sifatnya non-teaterikal. Bila dilihat dari subyek materinya film
dokumenter berkaitan dengan aspek faktual dari kehidupan manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya yang tidak dicampuri oleh unsur fiksi. Dalam konsepnya,
film ini adalah drama ide yang dianggap dapat menimbulkan perubahan sosial. Kedua,
film pendidikan, film pendidikan dibuat bukan untuk massa, tetapi untuk
sekelompok penonton yang dapat diidentifikasikan secara fisik. Film ini adalah
untuk para siswa yang sudah tertentu bahan pelajaran yang akan diikutinya.Sehingga
film pendidikan menjadi pelajaran ataupun instruksi belajar yang direkam dalam
wujud visual.Pioner dalam bidang ini adalah Emile Cohl (1905), yang semula
memfilmkan boneka kemudian membuat gambar kartun di Prancis.Dengan potensinya,
film animasi tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga untuk illustrasi
dalam film pendidikan.Misalnya dengan gambar grafis yang bersifat dinamis
ataupun kerja mesin ataupun skema yang hidup.Misalnya dengan gambar grafis yang
bersifat dinamis, ataupun ataupun kerja mesin ataupun skema yang hidup. Dengan
menggunakan gambar, pembuat film dapat menciptakan gerak dan bentuk-bentuk yang
tak terdapat dalam realitas. Dengan menggunakan gambar, pembuat film dapat
menciptakan gerak dan bentuk-bentuk yang tak terdapat dalam realitas.
Hasil penelitian
Film berdasarkan kajian semiotika sangatlah urgen dan menarik, karena
perkembangan dan pertumbuhan film begitu pesat dan mampu menggerakkan khalayak
sebagai penonton. Hasil kajian akan dijadikan dasar penilaian apakah film
tersebut layak ditonton atau sebaliknya. Suatu film sebaiknya dinilai dari segi
film artistic bukan secara rasional saja, sebab jika hanya dinilai sacara
rasional.
Komentar
Posting Komentar